Fonologi
Posted by Miftakhul Huda , Editing by Royan M Sengajie at Friday, September 19th 2013, 9.35PM
A. SEJARAH FONOLOGI
Sejarah
fonologi dapat dilacak melalui riwayat pemakaian istilah fonem dari waktu ke
waktu. Pada sidang Masyarakat Linguistik Paris, 24 mei 1873, Dufriche
Desgenettes mengusulkan nama fonem, sebagai padanan kata Bjm Sprachault.
Ferdinand De Saussure dalam bukunya “ Memorie Sur Le Systeme Primitif Des
Voyelles Dan Les Langues Indo-Europeennes” ‘memoir tentang sistem awal vokal
bahasa – bahasa Indo eropa ‘ yang terbit pada tahun 1878, mendefinisikan fonem
sebagai prototip unik dan hipotetik yang berasal dari bermacam bunyi dalam
bahasa –bahasa anggotanya. Sejarah fonologi dalam makalah ini akan lebih
mengkhususkan membahas mengenai istilah fonem. Gambaran mengenai perkembangan
fonologi dari waktu ke waktu dapat dilihat lewat berbagai aliran dalam
fonologi.
a. Aliran Kazan
Dengan tokohnya Mikolaj Kreszewski, aliran ini mendefinisikan fonem
sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropofonik yang
merupakan kekhasan tiap individu. Tokoh utama aliran kazan adalah Baudoin de
Courtenay (1895). Menurut linguis ini, bunyi – bunyi yang secara fonetis
berlainan disebut alternan, yang berkerabat secara histiris dan etimologis.
Jadi, meskipun dilafalkan berbeda, bunyi – bunyi itu berasal dari satu bentuk
yang sama. Pada 1880, Courtenay melancarkan kritiknya terhadap presisi atas
beberapa fona yang dianggapnya tidak bermanfaat. Pada 1925, paul passy
mempertegas kritik tersebut.
Ferdinand
De Saussure.
Dalam bukunya “Cours de Linguistique Generale” ‘ Kuliah Linguistik
umum’, Saussure mendefinisikan fonologi sebagai studi tentang bunyi – bunyi
bahasa manusia.dari definisi tersebut tercermin bahwa bunyi bahasa yang dimaksud
olehnya hanyalah unsure – unsure yang terdengar berbeda oleh telinga dan yang
mampu menghasilkan satuan – satuan akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian
ujaran. Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure menggunaklan criteria yang semata –
mata fonetis untuk menggambarkan fonem dan memempatkannya hanya pada poros
sintagmatik.
Lalu Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada sebuah kata yang
penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu membedakan kata
itu dengan yang lain.
Dengan konsep – konsepnya, meskipun tidak pernah mencantumkan istilah
struktur maupun fungsi, Saussure dianggap telah membuka jalan terhadap studi
fonologi yang kemudian diadaptasi oleh aliran Praha.
b. Aliran Praha
Kelahiran fonologi ditandai dengan “Proposition 22”
‘Usulan 22’ yang diajukan oleh R. Jakobson, S. Karczewski dan N. Trubetzkoy
pada konggres Internasional I para linguisdi La Haye, april 1928. Pada 1932
jakobson mendefinisikan fonem sebagai sejumlah ciri fonis yang mampu membedakan
bunyi bahasa tertentu dari yang lain, sebagai cara untuk membedakan makna kata.
Jadi konsep fonem merupakan sejumlah ciri pembeda (ciri distingtif).
c.
Aliran Amerika
Tokoh aliran ini adalah Edward Sapir (1925), seorang etnolog dan linguis
yang terutama memeliti bahasa – bahasa Indian Amerika. Menurutnya, sistem
fonologi bersifat bersifat fungsional. Kiprah Sapir diteruskan oleh penerusnya
dari Yale, Leonard Bloomfield , yang karyanya “Language” menjadikan dirinya
bapak linguistik Amerika selama 25 tahun. Pada buku itu Bloomfield menjelaskan
banyak hal tentang definisi – definisi mutakhir tentang fonem, istilah ciri
pembeda, zona penyebaran fonem, kriteria dasar dalam menentukan oposisi
fonologis dan lain – lain.
Sifat behaviouris dan antimentalis Bloomfield mengantarkannya pada
konsepsi tentang komunikasi sebagai perilaku dimana sebuah stimulus (ujaran
penutur) memunculkan reaksi mitra tutur. Menurutnya, yang penting dalam bahasa
adalah fungsinya untuk menghubungkan stimulus penutur dengan reaksi mitra
tutur. Agar fungsi itu terpenuhi, pada tataran bunyi cukuplah kiranya jika
setiap fonem berbeda dengan yang lainnya. Sehingga zona penyebaran fonem dan
sifat akustiknya bukanlah sesuatu yang penting. Pada tataran fonologi umum,
pionir fonologi Amerika lainnya, W.F Twaddell pada 1935 menerbitkan monografi.
Di dalamnya Twaddell menegaskan bahwa satuan – satuan fonologis bersifat
relasional. Daniel Jones dan Aliran Fonetik Inggris Sejak 1907 Daniel
Jones mengajar fonetik di University of London. Setelah itu ia kemudian lebih
banyak menggelti praktek fonologi di Inggris. Kegiatannya di jurusan fonetik di
University of college lebih difokuskan pada transkripsi fonetis dan pengajaran
pelafalan bahasa – bahasa dunia. Perhatiannya pada dua hal itu membuat dirinya
memiliki konsep tersendiri tentang fonem. Pada 1919, dalam “ Colloquial
Sinhalese Reader” yang diterbitkannya bersama H.S Parera, Jones memberikan
definisi fonem yang berciri distribusional.
Terinspirasi oleh Baudoin de Courtenay, yang memakai fonem sebagai
realitas psikofonetis, Jones menggambarkan fonem sebagai realitas mental.
Maksudnya, dalam studi tentang sifat alamiah fonem, kita juga dapat menggunakan
baik intuisi, rasa bahasa maupun cara – cara lain yang bersifat psikologis. Hal
ini menunjukkan bahwa Jones lebih suka pada sifat fonem, alih – alih fungsinya.
Dengan sudut pandang seperti itu sebenarnya Jones sudah memasuki daerah kerja
fonologi, dalam analisisnya ia memasukkan data fonologi tertentu, namun dengan
menyingkirkan sudutpandangfonologis.
B. PERKEMBANGAN
FONOLOGI
Tahun
1960-an sampai 1970-an menandai dimulainya kajian – kajian empiris tentang
bahasa Indonesia maupun bahasa – bahasa lain. Contoh karya – karya yang muncul
antara lain :
a. Artikel
tentang fonologi bahasa jawa dan sistem fonem dan ejaan (1960) oleh samsuri.
Ciri – ciri penelitian pada saat itu adalah dipengaruhi oleh gerakan
deskriptivisme, menganut aliran neo Bloomfieldian dan bersifat behaviouristik,
ketat dalam metodologi dan bahasa lisan menjadi objek utama.
b. Lalu pada
tahun 1970an masuk konsep fonem dan wawasan tentang unsur suprasegmental oleh
amran halim, dan Hans Lapoliwa dengan fonologi generatifnya.
Namun, untuk mengetahui perkembangan mutakhir linguistic Indonesia saat ini diperlukan survey lagi yang lebih mendalam.
Namun, untuk mengetahui perkembangan mutakhir linguistic Indonesia saat ini diperlukan survey lagi yang lebih mendalam.
C. PENGERTIAN
FONOLOGI
Menurut
Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Fonologi
adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi
bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani
yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang
berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Akan tetapi,
bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan
bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang
digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan
istilah fonem.
Fonem
tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem
dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem
tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi
lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya
seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/
dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama
karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l]. Oleh karena itulah sangat penting
bagi kita untuk mempelajari Fonologi.
Sekarang
coba Anda perhatikan bunyi gebrakan tangan di atas meja. Apakah bunyi tersebut
termasuk ke dalam kategori fonem? jika Anda menjawab Iya, Anda harus membaca
kembali kalimat sebelumnya. Tapi, jika jawaban Anda Bukan..Selamat! Anda telah
berhasil memahami tentang fonem. Bunyi gebrakan tangan di atas meja mungkin
bisa memiliki makna atau pun membedakan makna, tapi apakah bunyi tersebut
termasuk ke dalam bunyi bahasa..silahkan Anda perhatikan dengan baik.
Fonem
dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat macam. Ada fonem yang benar-benar
asli dari bahasa Indonesia, namun ada pula fonem yang berasal dari berbagai
bahasa lain namun penggunaannya sudah dibakukan. Dalam pembahasan berikut, saya
tidak akan membedakan antara fonem yang asli dengan fonem yang serapan.
Menurut
Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi
fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasanya dijelaskan sebagai cabang
studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah
bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa
dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Marilh kita lihat percakapan ini :
Orang I : apakah tugasmu hari ini?
Orang II : membuat resensi buku
Orang I : resensi buku? buku siapa?
Orang II : ah, buku dalam bahasa arab
Orang I: dalam bahasa arab?
Orang II: ya,kita kan mahasiswa bahasa arab.
Dari percakapan sependek ini kita hanya mendengar
deretan bunyi baik yang dikeluarkan oleh orang I maupun orang II. Bunyi-bunyi
ini disebut, bunyi bahasa yang kebetulan kita mengerti, karena kita
adalah penutur bahasa Indonesia. Seandainya ada orang jerman yang kebetulan
mendengar percakapan ini, pasti dia tidak mengerti bahasa Indonesia. Ilmu yang
mempelajari bunyi-bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya, untuk membedakan
makna leksikal disebut fonologi ( phonology). Di Amerika
istilah fonologi disebut fonemik (phonemics) sedangkan di eropa
disamping fonemik terdapat pula fonetik. Jadi, bagi sarjana di eropa, misalnya
Belanda dan Inggris terdapat fonetik dan fonologi, sedangkan di Amerika
Serikat, baik fonetik maupun fonemik dibicarakan dalam satu tataran yang
disebut fonologi.
D. BIDANG PEMBAHASAN FONOLOGI
Fonologi mempunyai dua cabang
kajian,
Pertama, fonetik yaitu
cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa
direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari
cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi
oleh alat ucap manusia. Fonetik juga mempelajari cara kerja
organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa. Chaer
membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik,
yaitu:
a) fonetik artikulatoris atau
fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme
alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta
bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b) fonetik akustik mempelajari bunyi
bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki
frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
c) fonetik auditoris mempelajari
bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut
yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris,
sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa
itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih
berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang
kedokteran.
Kedua, fonemik yaitu
kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer
mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r],
[a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang
pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi[r]. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda
dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi antara
lain fona, fonem, konsonan, dan vokal.
Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti
membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang
membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut
alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan
huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting
yaitu :
1. udara,
2. artikulator
atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3. titik
artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal
adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa
rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan
udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan rintangan
dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau
perubahan posisi artikulator.
E. KEDUDUKAN FONOLOGI DALAM CABANG-CABANG LINGUISTIK
Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi
dan analisis bunyi-bunyi, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering
dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik yang lain, misalnya morfologi,
sintaksis, dan semantik.
1. Fonologi dalam cabang
Morfologi
Bidang morfologi yang kosentrasinya
pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi,
misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi
antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses
morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.
2. Fonologi dalam cabang
Sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi
pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu
berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat
tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat
tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud
yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil
analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang
ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.
3. Fonologi dalam cabang Semantik
Bidang semantik, yang berkosentrasi
pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil telaah fonologi. Misalnya
dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata
[tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika
diucapkan secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan
makna. Hasil analisis fonologislah yang membantunya.
F. HAL – HAL YANG TERKAIT
FONOLOGI
a. Fonem
Fonem adalah kesatuan bunyi yang terkecil dan sistem bunyi-bunyi bahasa
yang dapat berfungsi sebagai pembeda makna. Dan fonem juga adalah
merupakan objek kajian dalam ilmu fonemik.
b. Identifikasi
Fonem
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus
mencari sebuah satuan bahasa biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi, lalu
membandingkannya dengan satuan kata yang lain yang mirip dengan satuan bahasa
yang pertama. kalau ternyata kedua satuan bahasa itu mempunyai makna yang
berbeda maka dapat kita simpulkan bahwasanya bunyi tersebut adalah fonem,
karena dia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa tersebut.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kata “tajam” dengan ”talam”. Keduanya
memiliki kemiripan bunyi bahkan jumlah bunyinya sama (lima bunyi). “Ternyata
perbedaannya hanya pada bunyi “J” dan “l”. Maka dengan
demikian,dapat disimpulkan bahwa bunyi “j” dan “l” dalam
bahasa Indonesia adalah fonem, karena berfungsi dalam membedakan makna. Dalam
bahasa arab juga ditemukan adanya fonem, misalnya pada kata “ ذنوب“ dengan “ زنوب“ yang mempunyai arti yang berbeda
yaitu “dosa-dosa” dan “bulu ketiak”.
c. Klasifikasi Fonem
Dalam kajian fonologi, fonem dapat diklasifikasikan atas dua bagian,
yaitu : fonem segmental dan fonem suprasegmental. Adapun yang dimaksud dengan
fonem segmental adalah vokal dan konsonan dalam fonologi ataupun fonem-fonem
yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran.
Dan yang dimaksud dengan suprasegmental adalah jalinan atau susunan bunyi yang
dapat membedakan arti suatu kata dengan kata yang lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan segmen adalah satuan bahasa yang diabstraksikan dari
suatu teks, misalnya fon atau fonem sebagai suatu bunyi, morf atau morfem
sebagai satuan gramatikal.
d. Identifikasi Fonem Bahasa Arab Berdasarkan
Klasifikasi Fonemnya.
1. Fonem Vokal
Dalam pembuktian bunyi-bunyi vokal dalam bahasa arab termasuk fonem atau
tidak, dapat dilihat sebagai berikut:
a. Vokal /i/
dan /î/ misal :
سن
/sinnun/ “umum atau
gigi”
سېن /sÎn/
“huruf s”
Vokal /i/ dan /Î/ dalam bahasa
arab adalah dua buah fonem yang hampir sama namun dapat membedakan makna.
b. Vokal /a/ dan /â/ misal :
نصر
/nasara/ “dia telah
menolong”
ناصر
/nâsara/ “saling
menolong”
Vokal /a/ dan /â/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir
sama namun dapat membedakan makna.
c. Vokal /u/ dan /û/
misalnya
:
نذر /nuzurun/ “peringatan”
نذور
/nuzûrun/ “nazar”
Vokal /u/ dan /û/ dalam bahasa
arab adalah dua buah fonem yang hamper sama, namun dapat membedakan makna.
d. Vokal /i/ dan /a/ misalnya :
من
/min/ “dari”
من
/man/ “siapa”
Vokal /i/ dan /a/ dalam
bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama, namun dapat membedakan
makna.
e. Vokal /i/ dan /u/ misalnya :
بر
/birrun/ “kebaikan”
بر
/burrun/ “gandum”
Vokal /i/ dan /u/
dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama, namun dapat
membedakan makna.
f. Vokal /a/ dan /u/ misalnya :
بر / barrun
/ “daratan”
بر / burrun /
“gandum”
Vokal
/a/ dan /u/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama,
namun dapat membedakan makna.
2. Fonem konsonan
Diantara beberapa fonem yang teridentifikasi memiliki kesamaan dalam
bahasa arab adalah sebagai berikut :
a. konsonan “ﺖ” /t/ dan “ﻄ” /t/, misalnya :
ﺗﻳﻥ / tin / ”buah tin”
ﻄﻳﻥ / tin / ”tanah”
konsonan “ﺖ” /t/ dan “ﻄ” /t/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
b. konsonan “ﺖ” /t/ dan ”ﺪ” /d/, misalnya ;
ﺘﺏ / tabba
/ ”celaka, binasa”
ﺪﺏ / dabba
/ ”merangkak, merayap”
konsonan “ﺖ” /t/ dan ”ﺪ” /d/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
c. konsonan ”ﻙ” /k/ dan ”ﻕ” /q/, misalnya :
ﻜﻟﺏ / kalbun /
’anjing”
ﻗﻟﺏ / qalbun
/ ”hati”
konsonan ”ﻙ” /k/ dan ”ﻕ” /q/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
d. konsonan ”ﺪ” /d/ dan ”ﺽ” /d/, misalnya :
ﺪﻝ / dalla
/ ”menunjukkan”
ﺿﻝ / dalla
/ ”menyesatkan”
konsonan ”ﺪ” /d/ dan ”ﺽ” /d/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
e. konsonan ”ﺙ” /t/ dan ”ﺫ” /z/, misalnya :
ﺛﻡ / samma
/ ”disana”
ﺫﻡ / zamma
/ ”mencela’
Konsonan ”ﺙ” /t/ dan ”ﺫ” /z/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
f. konsonan ”ﺫ” /z/ dan ”ﻅ” /z/, misalnya :
ﺫﻟﻴﻝ / zalillun /
”yang hina”
ﻅﻟﻴﻝ / zalilun /
”yang melindungi”
Konsonan ”ﺫ” /z/ dan ”ﻅ” /z/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
g.
konsonan ”ﺱ” /s/ dan ”ﺹ” /s/, misalnya :
ﻧﺴﺭ / nasrun /
“burung garuda”
ﻧﺼﺭ / nasrun /
“pertolongan”
Konsonan ”ﺱ” /s/ dan ”ﺹ” /s/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
h. konsonan ”ﺱ” /s/ dan “ﺶ” /sy/, misalnya :
ﺣﺭﺱ / harasa / “menjaga”
ﺣﺭﺵ / harasya / “memburu”
Konsonan ”ﺱ” /s/ dan “ﺶ” /sy/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
ﻧﺣﺭ / nahara /
“menyembelih”
ﻧﻫﺭ / nahara
/ “membentak”
Konsonan “ﺡ” /h/ dan “ﻫ” /h/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
ﻧﺣﻝ / nahlun /
“lebah”
ﻧﻌﻝ / na’lun
/ “sendal”
Konsonan “ﺡ” /h/ dan “ﻉ” /’a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
ﺴﺄﻝ / sa’ala
/ “bertanya”
ﺴﻬﻝ / sahala
/ “mudah”
Konsonan “ﺀ” /’a/ dan “ﻫ” /h/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
l. konsonan “ﺀ” /’a/ dan “ﻉ” /’a/, misalnya :
ﺑﺩﺃ / badaa
/ “memulai”
ﺑﺩﻉ / bada’a /
“menciptakan”
Konsonan “ﺀ” /’a/ dan “ﻉ” /’a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
ﺃﻛﺑﺭ / akbarun / “lebih besar”
ﺃﺧﺑﺭ / akhbarun / “mengabarkan”
Konsonan “ﻙ” /k/ dan “ﺥ” /kh/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
ﺑﺧﻳﺭ / bikhairin / “dengan baik”
ﺑﻐﻴﺭ / bigairin / “dengan
yang lain”
Konsonan” ﺥ” /kh/ dan “ﻍ” /g/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
ﻟﺛﻡ / latsama
/ “mencium”
ﻟﺳﻡ / lasama
/ “mengecap”
Konsonan ” ﺥ” /kh/ dan “ﻍ” /g/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
p. konsonan “ﺯ” /z/ dan ”ﺝ” /j/, misalnya :
ﻣﺯﻟﺔ / mazallatun
/
“tempat yang licin”
ﻣﺟﻟﺔ / majallatun
/
“majalah”
Konsonan “ﺯ” /z/ dan ”ﺝ” /j/ dalam bahasa arab adalah dua buah
fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
G. MANFAAT FONOLOGI DALAM
PENYUSUNAN BAHASA
Ejaan adalah peraturan penggambaran
atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa. Karena bunyi ujar adalah dua unsur,
yaitu segmental dan suprasegmental, ejaan pun menggambarkan atau melambangkan
kedua unsur bunyi tersebut.
Perlambangan unsur segmental bunyi
ujar tidak hanya bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk tulisan
atau huruf, tetapi juga bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk
kata, frase, klausa, dan kalimat, bagaimana memenggal suku kata, bagaimana
menuliskan singkatan, nama orang, lambang-lambang teknis keilmuan dan
sebagainya. Perlambangan unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana
melambangkan tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure
suprasegmental ini dikenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi.
Tata cara penulisan bunyi ujar ini
bias memanfaatkan hasil kajian fonologi,terutama hasil kajian fonemik terhadap
bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, hasil kajian fonemik terhahadap
ejaan suatu bahasa disebut ejaan fonemis.
49 komentar:
Nama saya Edo Putu Pradana (A1B113047), maaf saya ingin bertanya…
“fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya).”
Dari uraian di atas, apa hubungannya dengan bunyi bahasa itu sendiri dan cabang apa atau hal yang seperti apa yang dibahasnya?
Terima kasih.
Saya Dina Ayesha Fahria
NIM A1B113072
Saya ingin bertanya, Tolong berikan masing-masing contoh fonem segmental dan fonem suprasegmental ? Terimaksih
Saya Regina Rianita Putri
NIM A1B113049
Saya ingin bertanya fonetik jenis manakah yang sebaiknya dikaji secara mendalam oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jelaskanlah !
Terima Kasih
nama saya juwairiah (A1B113036) Di dalam beberapa macam struktur disebutkan mengapa strikulator aktif hanya menyentuh sedikit artikulator pasif dan kenapa? mohon di jelaskan!
nama : maisyarah
Nim :A1B113070
Jelaskan maksud artikel dari bahasa jawa dan sistem fonem dan ejaan oleh samsuri tentang bersifat behaviuoristik ketat dalam metodologi dan bahasa lisan menjadi objek utama?
saya Puji Lestari NIM (A1B113045)
salah satu unsur terpenting dalam menghasilkan bunyi atau fonem adalah artikulator ,bagaimana menurut kalian yang terjadi pada seseorang yang tidak bisa menyebut huruf "R" dengan sempurna . apakah hal ini mempengaruhi dari segi kemampuan bahasanya.
Nama saya Farida Iriyani (A1B113094) akan bertanya kpd kelompok Fonologi. Tolong jelaskan mengapa Saussure mengatakan bahwa pada sebuah kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu membedakan kata itu dengan yang lain ! Terimakasih.
Saya Diana Maya Utami (A1B113043) ingin bertanya pada kelompok Fonologi , apa saja yang diadaptasi oleh aliran Praha dari Ferdinand de Saussure dalam studi fonologi ?
Bismillah...
Nama saya Royan M Sengajie (A1B113005) akan menjawab pertanyaan dari Dina Ayesha Fahria (A1B113072)...
Segmental adalah fonem yang bisa dibagi. Contohnya, ketika kita mengucapkan “Bahasa”, maka nomina yang dibunyikan tersebut (baca: fonem), bisa dibagi menjadi tiga suku kata: ba-ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi sehingga menjadi: b-a-h-a-s-a. Sedangkan suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai fonem tersebut yang itu bisa berupa tekanan suara (intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu. Nah, kesemua yang tercakup ke dalam istilah suprasegmenal itu tidak bisa dipisahkan dari suatu fonem.
Untuk memahami pembagian menurut titik tolak ini, bisa dilihat pada ilustrasiu berikut: ketika seseorang mengucapkan nomina, “Ibu”, secara datar tanpa diiringi oleh intonasi dan getaran-getaran tertentu, maka fonem yang mengandung nomina “Ibu” tersebut hanya dapat dipahami maknanya sebagai “Ibu” saja, tidak lebih. Tetapi kalau ia diucapkan dengan intonasi yang kasar misalkan dan dengan getaran-getaran yang tidak biasa, maka kita bisa tahu bahwa orang yang mengucapkannya itu adalah orang yang kasar terhadap ibunya dan dari situ lantas kita bisa menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah anak yang durhaka, yang tak berbakti kepada orangtua. Dari ilustrasi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa perbedaan antara segmenta dengan suprasegmental adalah kalau yang pertama dia hanya menghasilkan makna tekstual (sesuai makna nomina yang diucapkan), sedangkan yang kedua mampu menghasilkan makna yang kontekstual (karena makna tekstualnya sudah bercampur dengan keadaan dan kondisi si pengucap yang itu diketahui lewat intonasi dan getaraan-getaran yang mengiringi fonem tersebut).
Nama Royan M Sengajie (A1B113005), mencoba kembali menjawab, berikut ini datang dari pertanyaan saudari Regina Rianita Putri (A1B113049)
Ehm, menurut saya adalah Fonetik Organis, karena fonetik ini yang paling dekat dengan unsur Ilmu Pengetahuan (terutama berakitan dengan Alam dan Kebudayaan setempat.
Ya, selanjutnya saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Puji Lestari (A1B113045...
Waduh nyidir adminnya nih, huhuhu
Ya sudah, Menurut saya sangat berpengaruh, karena saya merasakan sendiri mulai dari kelas 1 SD sampai sekarang tidak bisa menyebut huruf "R" dengan sempurna. Ya kemampuan saya berbicara saya sangat tidak bagus, serta pelafalannya pun terkadang tidak jelas gara - gara saya tidak bisa menyebut huruf "R" dengan sempurna tersebut.
Saya Eprida Eryani (A1B113017),saya ingin bertanya kepada kelompok Fonologi. Mengapa bunyi yang dipelajari dalam fonologi bukan bunyi sembarang bunyi tetapi bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia ? Mohon penjelasannya.
Terima kasih
Nama saya Muhammad Adi Mulyadi (A1B113025) saya ingin bartaya Bagaimana cara kita memahami makna yang dihasilkan dari alat ucap misalnya bunyi apikodental berikan penjelasan dan contoh ?
Nama: Juwairiah
NIM : A1B113036
Saya ingin bartaya Mengenai jenis diftong ada konsep yang berlainan. Diftong naik atau diftong turun tidak di tentukan berdasarkan posisi lidah melainkan dengan kenyaringan bunyi .mengapa demikian jelaskan menurut kelompok kalian!
Nama Saya Yuniwati Khairunnisa (A1B113033) ingin bertanya kepada kelompok Fonologi.Mengapa jenis perubahan bunyi Asimilasi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau hamper sama berikan alasan nya.terima kasih.
Nama saya Nella Yulia Sari (A1113091)
diatas disebutkan bahwa "Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia" (pengertian fonologi)
yang ingin saya tanyakan, bunyi sembarang yang bagaimana yang dimaksud dalam pengertian tersebut? tolong jelaskan dan contohkan! terima kasih
Saya Noor Wyena
NIM A1B113097
Saya ingin bertanya tolong sebutkan dua perubahan bunyi dalam bahasa Indonesia dan jelaskan
Terimakasih
Saya Miftakhul huda DARI KEL.1
Nim A1B113086
ingin menjawab pertanyaan dari EDO PUTU PRADANA.
Hubungannya adalah Fonetik akustik berkaitan dengan ciri-ciri fisik bunyi bahasa. jadi fonetik akustik merupakan ciri dari bunyi bahasa itu sendiri. Sedangkan cabang yang dibahasnya adalah bunyi-bunyian dari alam.
Saya Miftakhul huda DARI KEL.1
Nim A1B113086
ingin menjawab pertanyaan dari EDO PUTU PRADANA.
Hubungannya adalah Fonetik akustik berkaitan dengan ciri-ciri fisik bunyi bahasa. jadi fonetik akustik merupakan ciri dari bunyi bahasa itu sendiri. Sedangkan cabang yang dibahasnya adalah bunyi-bunyian dari alam.
Saya Miftakhul Huda dari Kel.1
NIM A1B113086
Akan menjawab pertanyaan dari Noor Wyna. YAITU :
A.Asimilasi
Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau dipengaruhi. Contoh: Kata bahasa Inggris top diucapkan [tOp’] dengan [t] Tetapi, setelah mendapatkan [s] lamino-palatal pada stop, kata tersebut diucapkan [stOp’] dengan [t] juga lamino-palatal. Dengan demikian dapat disim-pulkan bahwa [t] pada [stOp’] disesuaikan atau diasimilaskan artikulasinya dengan [s] yang mendahuluinya sehingga sama-sama lamino-palatal.
B.Disimilasi
Kebalikan dari asimilasi, disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda.
Perhatikan contoh berikut!
1.Kata bahasa Indonesia belajar [bəlajar] berasal dari penggabungan prefiks ber [bər] dan bentuk dasar ajar [ajar]. Mestinya, kalau tidak ada perubahan menjadi berajar [bərajar] Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang pertama diperbedakan atau didisimilasikan menjadi [l] sehingga menjadi [bəlajar]. Karena perubahan tersebut sudah menembus batas fonem, yaitu [r] merupakan alofon dari fonem /r/ dan [l] merupakan alofon dari fonem /l/, maka disebut disimilasi fonemis.
Saya Kamarudin
NIM A1B113029
disana kan dijelaskan bahwa fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau belum terbukti membedakan arti. sedangkan fonem adalah satuan bunyi terkecil yang membedakan arti. disini saya minta berikan contoh kata dari fona dan fonem, menurut kalian?....
Terimakasih
saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari JUWAIRIYAH.
Karena dari Kenyaringan Bunyi kita dapat mengetahui Diftong Naik atau Diftong Turun.
Nama saya M.Syakir Septiawan
NIM (A1B113065)
Disini saya ingin bertanya...
Di dalam blog kalian,dijelaskan tentang pengertian fonologi,di dalamnya terdapat pernyataan tentang fonem yang terdiri dari 4 macam,salah satunya fonem yang benar benar asli dari bahasa Indonesia. Yang ingin saya tanyakan apa saja contoh dari fonem yang benar benar asli dari Indonesia ?
Nama saya Dina Mulianti(A1B113081)Saya ingin bertanya..
Jelaskan bagaimana Kedudukan Fonologi dalam Cabang-cabang Linguistik..?
Terima Kasih.
Nama saya Ria Dina Al Hikmah (A1B113018) saya ingin bertanya tanda diakritik pada aksara latin itu contohnya bagaimana ?
Terima kasih.
Nama saya Ria Dina Al Hikmah (A1B113018) saya ingin bertanya tanda diakritik pada aksara latin itu contohnya bagaimana ?
Terima kasih.
Saya Intan Puspitasari (A1B113013) ingin bertanya. .
Menurut Anda, apakah ada fonem /?/ dalam bahasa Indonesia? Jelaskan pendapat Anda dan berikan contoh konkretnya!
Terimakasih. .:)
Nama : Fatmawati
NIM : A1B113066
Saya ingin bertanya. Perlambangan unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure suprasegmental ini dikenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi. Lalu bagaimana cara kita menempatkan tanda baca (tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi) dalam sebuah paragraf atau cerpen saat kita membacakan paragraf atau cerpen tersebut kepada orang lain agar orang lain mengerti dengan apa yang kita sampaikan ?
Terima kasih.
Nama : Fatmawati
NIM : A1B113066
Saya ingin bertanya. Perlambangan unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure suprasegmental ini dikenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi. Lalu bagaimana cara kita menempatkan tanda baca (tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi) dalam sebuah paragraf atau cerpen saat kita membacakan paragraf atau cerpen tersebut kepada orang lain agar orang lain mengerti dengan apa yang kita sampaikan ?
Terima kasih.
Nama: Abdillah Akbar Sya’bani
NIM :(A1B113037)
Saya ingi bertaya Pada aliran kazan di sebutkan bahwa fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropofonik yang merupakan kekhasan tiap individu. Tolong jelaskan tentang fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropologi yang merupakan kekhasan tiap individu tersebut dan berikan contohnya terimakasih!
Nama: Abdillah Akbar Sya’bani
NIM :(A1B113037)
Saya ingi bertaya Pada aliran kazan di sebutkan bahwa fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropofonik yang merupakan kekhasan tiap individu. Tolong jelaskan tentang fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropologi yang merupakan kekhasan tiap individu tersebut dan berikan contohnya terimakasih!
NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113051
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari DIANA MAYA UTAMI. Yang diadaptasi oleh aliran praha adalah membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari bunyi bunyi itu sendiri. Sedangkan fonemik mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.
NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113051
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari DIANA MAYA UTAMI. Yang diadaptasi oleh aliran praha adalah membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari bunyi bunyi itu sendiri. Sedangkan fonemik mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.
NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113501
Saya akam menjawab pertanyaan dari saudari NOOR WYENA. Perubahan bunyi dalam bahasa Indonesia, yaitu :
1. Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi menjadi sama atau mempunyai ciri - ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
Contoh : kata sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan [saptu], dimana terlihat bunyi [b]berubah menjadi [p] sebagai akibat pengaruh bunyi [t].
2. Disimilasi kebalikan dari asimilasi, disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi dua yang tidak sama atau berbeda.
Contoh : kata [belajar] berasal dari penggabungan prefiks [ber] dan bentuk dasar [ajar]. Mestinya, kalau tidak ada perubahan menjadi [berajar]. Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang pertama diperbedakan atau didisimilasi menjadi [l] sehingga menjadi [belajar].
Saya Mauliana Hajjah (A1B113032) ingin bertanya. Dalam kajian fonologi, fonem diklasifikasikan atas dua bagian yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Yang sy ingn tanyakan , apakah ada persamaan antara fonem segmental dgn fonem suprasegmental ? tolong jelaskan ! terima kasih :)
NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113051
saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Yuniwati Khairunnisa.
kata sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan [saptu], dimana terlihat bunyi [b]berubah menjadi [p] sebagai akibat pengaruh bunyi [t]. bunyi [b] adalah bunyi hambatan bersuara sedangkan bunyi [t] adalah bunyi hambatan tak bersuara. Oleh karena itu, bunyi [b] yang bersuara itu, karena pengaruh bunyi [t] yang tak bersuara, berubah mrnjadi bunyi [p] yang juga tidak bersuara
NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113051
saya akan menjawab pertanyaan dari saudara Muhammad Adi Mulyadi
Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung lidah dan gigi contohnya : t, d, h
Untuk sesi pertanyaan malam ini kami tutup dan kembali dibuka pada pagi (sabtu) besok.
Serta sededar mengingatkan saja, bahwa sesi pertanyan akan ditutup pada hari Sabtu, pukul 09.00 malam.
#All Admin
Nama saya Iriani (A1B113069)
Saya ingin bertanya,
selain contoh diatas apa contoh lain dari fonologi dalam cabang semantik dan apa yang dimaksud dari segmentasi terhadap hasil ujaran ?
terimakasih
nama saya asep rukmantara dari kelompok 1 nim a1b112058
akan mencoba menjawab pertanyaan m.syakir septiawan fonem yang benar asli dari indonesia contohnya vYang benar "ramadhan", bukan "ramadan". Jangan dengarkan siapapun, karena fonem /dh/ ada dalam bahasa Indonesia.
Terimakasih atas pertanyaan dari saudari Nella Yulia Sari
saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Maksud dari bunyi tersebut ada bunyi yang tidar teratur yang tidak memiliki makna. Seperti bunyi-bunyian yang dihasilkan dari alam. Contoh suara burung atau suara dedaunan yang tertiup angin.
saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari KAMARUDIN
Contoh fona : a,i,u,e
Contoh fonem : Misalnya kata tali dan tari. Dalam kedua kata tersebut terapat dua bunyi berbeda yaitu [l] dan [r]. Dengan demikian bunyi [l] dan [r] dalam bahasa Indonesia adalah fonem.
TERIMAKASIH atas pertanyaannya.
saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari INTAN PUSPITA
Tentu saja ada. Fonem merupakan kesatuan bunyi yang dapat menjadi PEMBEDA MAKNA. Dengan pembeda makna itu lah kita dapat mempelajari bahasa Indonesia itu,karena dengan penekanan bunyi pada kata dalam berbahasa Indonesia dapat merubah makna pada bahasa tersebut.
Contoh: penekanan bunyi pada huruf “E” dalam kata “APEL” Buah dan “APEL” dalam Berbaris.
saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari FATMAWATI
Terimakasih atas pertanyaannya. Menurut saya untuk menempatkan tanda baca yang benar yaitu dengan cara kita sendiri yang membaca terlebih dahulu,dengan cara membaca berulang-ulang,kita dapat mengetahui dimana harus menempatkan tanda baca yang benar.
saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari MAULIANA H
Tentu saja ada,perbedaannya yaitu menurut jenis makna yang dihasilkannya.
Penjelasannya adalah bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang terdapat dalam fonem itu bisa dipisahkan sedangkan yang mengiringinya tidak bisa dipisahkan. Itulah yang dimaksud dengan segmental dan suprasegmental
Posting Komentar