PBSI FKIP Universitas Lambung Mangkurat Angkatan 2013

Royan M Sengajie. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

widgeo.net

Kampus Kebanggaan Kami!!

Kampus Kebanggaan Kami!!

Fonologi


Fonologi
Posted by Miftakhul Huda , Editing by Royan M Sengajie at Friday, September 19th 2013, 9.35PM

 
A.    SEJARAH FONOLOGI

Sejarah fonologi dapat dilacak melalui riwayat pemakaian istilah fonem dari waktu ke waktu. Pada sidang Masyarakat Linguistik Paris, 24 mei 1873, Dufriche Desgenettes mengusulkan nama fonem, sebagai padanan kata Bjm Sprachault. Ferdinand De Saussure dalam bukunya “ Memorie Sur Le Systeme Primitif Des Voyelles Dan Les Langues Indo-Europeennes” ‘memoir tentang sistem awal vokal bahasa – bahasa Indo eropa ‘ yang terbit pada tahun 1878, mendefinisikan fonem sebagai prototip unik dan hipotetik yang berasal dari bermacam bunyi dalam bahasa –bahasa anggotanya. Sejarah fonologi dalam makalah ini akan lebih mengkhususkan membahas mengenai istilah fonem. Gambaran mengenai perkembangan fonologi dari waktu ke waktu dapat dilihat lewat berbagai aliran dalam fonologi.

a.  Aliran Kazan
Dengan tokohnya Mikolaj Kreszewski, aliran ini mendefinisikan fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropofonik yang merupakan kekhasan tiap individu. Tokoh utama aliran kazan adalah Baudoin de Courtenay (1895). Menurut linguis ini, bunyi – bunyi yang secara fonetis berlainan disebut alternan, yang berkerabat secara histiris dan etimologis. Jadi, meskipun dilafalkan berbeda, bunyi – bunyi itu berasal dari satu bentuk yang sama. Pada 1880, Courtenay melancarkan kritiknya terhadap presisi atas beberapa fona yang dianggapnya tidak bermanfaat. Pada 1925, paul passy mempertegas kritik tersebut.

Ferdinand De Saussure.
Dalam bukunya “Cours de Linguistique Generale” ‘ Kuliah Linguistik umum’, Saussure mendefinisikan fonologi sebagai studi tentang bunyi – bunyi bahasa manusia.dari definisi tersebut tercermin bahwa bunyi bahasa yang dimaksud olehnya hanyalah unsure – unsure yang terdengar berbeda oleh telinga dan yang mampu menghasilkan satuan – satuan akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian ujaran. Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure menggunaklan criteria yang semata – mata fonetis untuk menggambarkan fonem dan memempatkannya hanya pada poros sintagmatik.
Lalu Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada sebuah kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu membedakan kata itu dengan yang lain.
Dengan konsep – konsepnya, meskipun tidak pernah mencantumkan istilah struktur maupun fungsi, Saussure dianggap telah membuka jalan terhadap studi fonologi yang kemudian diadaptasi oleh aliran Praha.

b.  Aliran Praha
Kelahiran fonologi ditandai dengan “Proposition 22” ‘Usulan 22’ yang diajukan oleh R. Jakobson, S. Karczewski dan N. Trubetzkoy pada konggres Internasional I para linguisdi La Haye, april 1928. Pada 1932 jakobson mendefinisikan fonem sebagai sejumlah ciri fonis yang mampu membedakan bunyi bahasa tertentu dari yang lain, sebagai cara untuk membedakan makna kata. Jadi konsep fonem merupakan sejumlah ciri pembeda (ciri distingtif).

c.   Aliran Amerika
Tokoh aliran ini adalah Edward Sapir (1925), seorang etnolog dan linguis yang terutama memeliti bahasa – bahasa Indian Amerika. Menurutnya, sistem fonologi bersifat bersifat fungsional. Kiprah Sapir diteruskan oleh penerusnya dari Yale, Leonard Bloomfield , yang karyanya “Language” menjadikan dirinya bapak linguistik Amerika selama 25 tahun. Pada buku itu Bloomfield menjelaskan banyak hal tentang definisi – definisi mutakhir tentang fonem, istilah ciri pembeda, zona penyebaran fonem, kriteria dasar dalam menentukan oposisi fonologis dan lain – lain.
Sifat behaviouris dan antimentalis Bloomfield mengantarkannya pada konsepsi tentang komunikasi sebagai perilaku dimana sebuah stimulus (ujaran penutur) memunculkan reaksi mitra tutur. Menurutnya, yang penting dalam bahasa adalah fungsinya untuk menghubungkan stimulus penutur dengan reaksi mitra tutur. Agar fungsi itu terpenuhi, pada tataran bunyi cukuplah kiranya jika setiap fonem berbeda dengan yang lainnya. Sehingga zona penyebaran fonem dan sifat akustiknya bukanlah sesuatu yang penting. Pada tataran fonologi umum, pionir fonologi Amerika lainnya, W.F Twaddell pada 1935 menerbitkan monografi.
Di dalamnya Twaddell menegaskan bahwa satuan – satuan fonologis bersifat relasional.  Daniel Jones dan Aliran Fonetik Inggris Sejak 1907 Daniel Jones mengajar fonetik di University of London. Setelah itu ia kemudian lebih banyak menggelti praktek fonologi di Inggris. Kegiatannya di jurusan fonetik di University of college lebih difokuskan pada transkripsi fonetis dan pengajaran pelafalan bahasa – bahasa dunia. Perhatiannya pada dua hal itu membuat dirinya memiliki konsep tersendiri tentang fonem. Pada 1919, dalam “ Colloquial Sinhalese Reader” yang diterbitkannya bersama H.S Parera, Jones memberikan definisi fonem yang berciri distribusional.
Terinspirasi oleh Baudoin de Courtenay, yang memakai fonem sebagai realitas psikofonetis, Jones menggambarkan fonem sebagai realitas mental. Maksudnya, dalam studi tentang sifat alamiah fonem, kita juga dapat menggunakan baik intuisi, rasa bahasa maupun cara – cara lain yang bersifat psikologis. Hal ini menunjukkan bahwa Jones lebih suka pada sifat fonem, alih – alih fungsinya. Dengan sudut pandang seperti itu sebenarnya Jones sudah memasuki daerah kerja fonologi, dalam analisisnya ia memasukkan data fonologi tertentu, namun dengan menyingkirkan sudutpandangfonologis.


B.    PERKEMBANGAN FONOLOGI
Tahun 1960-an sampai 1970-an menandai dimulainya kajian – kajian empiris tentang bahasa Indonesia maupun bahasa – bahasa lain. Contoh karya – karya yang muncul antara lain :
a. Artikel tentang fonologi bahasa jawa dan sistem fonem dan ejaan (1960) oleh samsuri. Ciri – ciri penelitian pada saat itu adalah dipengaruhi oleh gerakan deskriptivisme, menganut aliran neo Bloomfieldian dan bersifat behaviouristik, ketat dalam metodologi dan bahasa lisan menjadi objek utama.
b. Lalu pada tahun 1970an masuk konsep fonem dan wawasan tentang unsur suprasegmental oleh amran halim, dan Hans Lapoliwa dengan fonologi generatifnya.
Namun, untuk mengetahui perkembangan mutakhir linguistic Indonesia saat ini diperlukan survey lagi yang lebih mendalam.


C.    PENGERTIAN FONOLOGI
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.  Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l]. Oleh karena itulah sangat penting bagi kita untuk mempelajari Fonologi.
Sekarang coba Anda perhatikan bunyi gebrakan tangan di atas meja. Apakah bunyi tersebut termasuk ke dalam kategori fonem? jika Anda menjawab Iya, Anda harus membaca kembali kalimat sebelumnya. Tapi, jika jawaban Anda Bukan..Selamat! Anda telah berhasil memahami tentang fonem. Bunyi gebrakan tangan di atas meja mungkin bisa memiliki makna atau pun membedakan makna, tapi apakah bunyi tersebut termasuk ke dalam bunyi bahasa..silahkan Anda perhatikan dengan baik.
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat macam. Ada fonem yang benar-benar asli dari bahasa Indonesia, namun ada pula fonem yang berasal dari berbagai bahasa lain namun penggunaannya sudah dibakukan. Dalam pembahasan berikut, saya tidak akan membedakan antara fonem yang asli dengan fonem yang serapan.
Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasanya dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
            Marilh kita lihat percakapan ini :
            Orang I : apakah tugasmu hari ini?
            Orang II : membuat resensi buku­­
            Orang I : resensi buku? buku siapa?
            Orang II : ah, buku dalam bahasa arab
            Orang I: dalam bahasa arab?
            Orang II: ya,kita kan mahasiswa bahasa arab.
Dari percakapan sependek ini kita hanya mendengar deretan bunyi baik yang dikeluarkan oleh orang I maupun orang II. Bunyi-bunyi ini disebut, bunyi bahasa yang  kebetulan kita mengerti, karena kita adalah penutur bahasa Indonesia. Seandainya ada orang jerman yang kebetulan mendengar percakapan ini, pasti dia tidak mengerti bahasa Indonesia. Ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya, untuk membedakan makna leksikal disebut fonologi  ( phonology). Di Amerika istilah fonologi disebut fonemik (phonemics) sedangkan di eropa disamping fonemik terdapat pula fonetik. Jadi, bagi sarjana di eropa, misalnya Belanda dan Inggris terdapat fonetik dan fonologi, sedangkan di Amerika Serikat, baik fonetik maupun fonemik dibicarakan dalam satu tataran yang disebut fonologi.


D. BIDANG PEMBAHASAN FONOLOGI
Fonologi mempunyai dua cabang kajian,
Pertama, fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa. Chaer membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis fonetik, yaitu:
a) fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b) fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
c) fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
Kedua, fonemik yaitu  kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi[r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut   fungsinya sebagai pembeda arti. Istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain fona, fonem, konsonan, dan vokal.
Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
1. udara,
2. artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3.  titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan.  Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator.


E.  KEDUDUKAN FONOLOGI DALAM CABANG-CABANG LINGUISTIK
Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.

1.  Fonologi dalam cabang Morfologi
Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.

2.  Fonologi dalam cabang Sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.

3. Fonologi dalam cabang Semantik
Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil telaah fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna. Hasil analisis fonologislah yang membantunya.


F. HAL – HAL YANG TERKAIT FONOLOGI

a. Fonem
Fonem adalah kesatuan bunyi yang terkecil dan sistem bunyi-bunyi bahasa yang dapat berfungsi sebagai pembeda makna. Dan fonem juga adalah  merupakan objek kajian dalam ilmu fonemik.

b. Identifikasi Fonem
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi, lalu membandingkannya dengan satuan kata yang lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. kalau ternyata kedua satuan bahasa itu mempunyai makna yang berbeda maka dapat kita simpulkan bahwasanya bunyi tersebut adalah fonem, karena dia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa tersebut. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kata “tajam” dengan ”talam”. Keduanya memiliki kemiripan bunyi bahkan jumlah bunyinya sama (lima bunyi). “Ternyata perbedaannya hanya pada bunyi “J” dan “l”. Maka dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa bunyi “j” dan  “l” dalam bahasa Indonesia adalah fonem, karena berfungsi dalam membedakan makna. Dalam bahasa arab juga ditemukan adanya fonem, misalnya pada kata “ ذنوب“ dengan “ زنوب“ yang mempunyai arti yang berbeda yaitu “dosa-dosa” dan “bulu ketiak”.

c. Klasifikasi Fonem
Dalam kajian fonologi, fonem dapat diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu : fonem segmental dan fonem suprasegmental. Adapun yang dimaksud dengan fonem segmental adalah vokal dan konsonan dalam fonologi ataupun fonem-fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran. Dan yang dimaksud dengan suprasegmental adalah jalinan atau susunan bunyi yang dapat membedakan arti suatu kata dengan kata yang lain. Sedangkan yang dimaksud  dengan segmen adalah satuan bahasa yang diabstraksikan dari suatu teks, misalnya fon atau fonem sebagai suatu bunyi, morf atau morfem sebagai satuan gramatikal.

d. Identifikasi Fonem Bahasa Arab Berdasarkan Klasifikasi Fonemnya.

1. Fonem Vokal
Dalam pembuktian bunyi-bunyi vokal dalam bahasa arab termasuk fonem atau tidak, dapat dilihat sebagai berikut:
a. Vokal  /i/ dan /î/ misal :
                             سن     /sinnun/           “umum atau gigi”
                              سېن /sÎn/                 “huruf s”
Vokal /i/ dan /Î/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama namun dapat membedakan makna.
b. Vokal /a/ dan /â/ misal :
                                  نصر  /nasara/          “dia telah menolong”
                                  ناصر          /nâsara/          “saling menolong”
Vokal /a/ dan /â/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama namun dapat membedakan makna.
c. Vokal /u/ dan /û/ misalnya :                    
                                  نذر  /nuzurun/        “peringatan”
                                  نذور          /nuzûrun/        “nazar”
Vokal /u/ dan /û/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hamper sama, namun dapat membedakan makna.

d.    Vokal /i/ dan /a/ misalnya :
                                  من     /min/   “dari”
                                  من     /man/  “siapa”
Vokal /i/ dan /a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama, namun dapat membedakan makna.

e.    Vokal /i/ dan /u/ misalnya :
                                  بر     /birrun/           “kebaikan”
                                  بر     /burrun/          “gandum”
Vokal /i/ dan /u/  dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama, namun dapat membedakan makna.

f.    Vokal /a/ dan /u/ misalnya :
                                   بر    / barrun /          “daratan”
                                   بر    / burrun /          “gandum”
                 Vokal /a/ dan /u/  dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir sama, namun dapat membedakan makna.

2. Fonem konsonan
Diantara beberapa fonem yang teridentifikasi memiliki kesamaan dalam bahasa arab adalah sebagai berikut :

a. konsonan “” /t/ dan “” /t/, misalnya :
                                    ﺗﻳﻥ      / tin /   ”buah tin”
                                      ﻄﻳﻥ    / tin /   ”tanah”
konsonan “” /t/ dan “” /t/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.

b. konsonan “” /t/ dan ”” /d/, misalnya ;
                                     ﺘﺏ      / tabba /          ”celaka, binasa”
                                   ﺪﺏ      / dabba /         ”merangkak, merayap”
konsonan “” /t/ dan ”” /d/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.

c.  konsonan ”” /k/  dan ”” /q/, misalnya :
                                  ﻜﻟﺏ    / kalbun /        ’anjing”
                                   ﻗﻟﺏ     / qalbun /        ”hati”
konsonan ”” /k/ dan ”” /q/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.

                        d. konsonan  ”” /d/ dan ”” /d/, misalnya :
                                  ﺪﻝ       / dalla /           ”menunjukkan”
                                  ﺿﻝ    / dalla /           ”menyesatkan”
konsonan ”” /d/ dan ”” /d/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.

                        e. konsonan ”” /t/ dan ”” /z/, misalnya :
                                    ﺛﻡ         / samma /       ”disana”
                                   ﺫﻡ        / zamma /       ”mencela’
Konsonan  ”” /t/ dan ”” /z/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.

f.  konsonan ”” /z/ dan ”” /z/, misalnya :
            ﺫﻟﻴﻝ    / zalillun /        ”yang hina”
            ﻅﻟﻴﻝ   / zalilun /         ”yang melindungi”
Konsonan ”” /z/ dan ”” /z/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.

g.      konsonan ”” /s/ dan ”” /s/, misalnya :
            ﻧﺴﺭ    / nasrun /        “burung garuda”
            ﻧﺼﺭ   / nasrun /        “pertolongan”
Konsonan ”” /s/ dan ”” /s/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda, dan dapat membedakan makna.
                     
                    h. konsonan ”” /s/ dan “” /sy/, misalnya :
            ﺣﺭﺱ / harasa /        “menjaga”
            ﺣﺭﺵ / harasya /      “memburu”
Konsonan ”” /s/ dan “” /sy/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.

                     i. konsonan “” /h/ dan “” /h/, misalnya :
            ﻧﺣﺭ    / nahara /        “menyembelih”
            ﻧﻫﺭ     / nahara /        “membentak”
Konsonan “” /h/ dan “” /h/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.

                    j. konsonan “” /h/ dan “” /’a/, misalnya :
            ﻧﺣﻝ    / nahlun /        “lebah”
            ﻧﻌﻝ     / na’lun /         “sendal”
Konsonan “” /h/ dan “” /’a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.

                    k. konsonan “” /’a/ dan “” /h/, misalnya :
            ﺴﺄﻝ    / sa’ala /          “bertanya”
            ﺴﻬﻝ    / sahala /         “mudah”
Konsonan  “” /’a/ dan “” /h/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna. 

l. konsonan “” /’a/ dan “” /’a/, misalnya :
            ﺑﺩﺃ       / badaa /         “memulai”
            ﺑﺩﻉ     / bada’a /        “menciptakan”
Konsonan “” /’a/ dan “” /’a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.

                    m. konsonan “” /k/ dan “” /kh/, misalnya :
            ﺃﻛﺑﺭ    / akbarun /      “lebih besar”
            ﺃﺧﺑﺭ   / akhbarun /    “mengabarkan”
Konsonan “” /k/ dan “” /kh/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.

                    n. konsonan “” /kh/ dan “” /g/, misalnya :
            ﺑﺧﻳﺭ   / bikhairin /     “dengan baik”
            ﺑﻐﻴﺭ    / bigairin /       “dengan yang lain”
Konsonan” ” /kh/ dan “” /g/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.

                    o. konsonan “” /t/ dan “” /s/, misalnya :
            ﻟﺛﻡ       / latsama /      “mencium”
            ﻟﺳﻡ      / lasama /       “mengecap”
Konsonan ” ” /kh/ dan “” /g/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.

                     p. konsonan “” /z/  dan ”” /j/, misalnya :
       ﻣﺯﻟﺔ   / mazallatun /             “tempat yang licin”
        ﻣﺟﻟﺔ   / majallatun /              “majalah”
                               Konsonan  “” /z/  dan ”” /j/ dalam bahasa arab adalah dua buah 
                      fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna. 


G.  MANFAAT FONOLOGI DALAM PENYUSUNAN BAHASA
Ejaan adalah peraturan penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa. Karena bunyi ujar adalah dua unsur, yaitu segmental dan suprasegmental, ejaan pun menggambarkan atau melambangkan kedua unsur bunyi tersebut.
Perlambangan unsur segmental bunyi ujar tidak hanya bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk tulisan atau huruf, tetapi juga bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, klausa, dan kalimat, bagaimana memenggal suku kata, bagaimana menuliskan singkatan, nama orang, lambang-lambang teknis keilmuan dan sebagainya. Perlambangan unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure suprasegmental ini dikenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi.
Tata cara penulisan bunyi ujar ini bias memanfaatkan hasil kajian fonologi,terutama hasil kajian fonemik terhadap bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, hasil kajian fonemik terhahadap ejaan suatu bahasa disebut ejaan fonemis.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

49 komentar:

Akas Halia mengatakan...

Nama saya Edo Putu Pradana (A1B113047), maaf saya ingin bertanya…

“fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya).”

Dari uraian di atas, apa hubungannya dengan bunyi bahasa itu sendiri dan cabang apa atau hal yang seperti apa yang dibahasnya?

Terima kasih.

Unknown mengatakan...

Saya Dina Ayesha Fahria
NIM A1B113072
Saya ingin bertanya, Tolong berikan masing-masing contoh fonem segmental dan fonem suprasegmental ? Terimaksih

ChasheKey mengatakan...

Saya Regina Rianita Putri
NIM A1B113049
Saya ingin bertanya fonetik jenis manakah yang sebaiknya dikaji secara mendalam oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jelaskanlah !
Terima Kasih

Unknown mengatakan...

nama saya juwairiah (A1B113036) Di dalam beberapa macam struktur disebutkan mengapa strikulator aktif hanya menyentuh sedikit artikulator pasif dan kenapa? mohon di jelaskan!

EmaeY Chayank mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
EmaeY Chayank mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
EmaeY Chayank mengatakan...

nama : maisyarah
Nim :A1B113070

Jelaskan maksud artikel dari bahasa jawa dan sistem fonem dan ejaan oleh samsuri tentang bersifat behaviuoristik ketat dalam metodologi dan bahasa lisan menjadi objek utama?

Unknown mengatakan...

saya Puji Lestari NIM (A1B113045)
salah satu unsur terpenting dalam menghasilkan bunyi atau fonem adalah artikulator ,bagaimana menurut kalian yang terjadi pada seseorang yang tidak bisa menyebut huruf "R" dengan sempurna . apakah hal ini mempengaruhi dari segi kemampuan bahasanya.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Unknown mengatakan...

Nama saya Farida Iriyani (A1B113094) akan bertanya kpd kelompok Fonologi. Tolong jelaskan mengapa Saussure mengatakan bahwa pada sebuah kata yang penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu membedakan kata itu dengan yang lain ! Terimakasih.

Unknown mengatakan...

Saya Diana Maya Utami (A1B113043) ingin bertanya pada kelompok Fonologi , apa saja yang diadaptasi oleh aliran Praha dari Ferdinand de Saussure dalam studi fonologi ?

Royan M Sengajie HS mengatakan...

Bismillah...
Nama saya Royan M Sengajie (A1B113005) akan menjawab pertanyaan dari Dina Ayesha Fahria (A1B113072)...

Segmental adalah fonem yang bisa dibagi. Contohnya, ketika kita mengucapkan “Bahasa”, maka nomina yang dibunyikan tersebut (baca: fonem), bisa dibagi menjadi tiga suku kata: ba-ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi sehingga menjadi: b-a-h-a-s-a. Sedangkan suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai fonem tersebut yang itu bisa berupa tekanan suara (intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu. Nah, kesemua yang tercakup ke dalam istilah suprasegmenal itu tidak bisa dipisahkan dari suatu fonem.

Untuk memahami pembagian menurut titik tolak ini, bisa dilihat pada ilustrasiu berikut: ketika seseorang mengucapkan nomina, “Ibu”, secara datar tanpa diiringi oleh intonasi dan getaran-getaran tertentu, maka fonem yang mengandung nomina “Ibu” tersebut hanya dapat dipahami maknanya sebagai “Ibu” saja, tidak lebih. Tetapi kalau ia diucapkan dengan intonasi yang kasar misalkan dan dengan getaran-getaran yang tidak biasa, maka kita bisa tahu bahwa orang yang mengucapkannya itu adalah orang yang kasar terhadap ibunya dan dari situ lantas kita bisa menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah anak yang durhaka, yang tak berbakti kepada orangtua. Dari ilustrasi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa perbedaan antara segmenta dengan suprasegmental adalah kalau yang pertama dia hanya menghasilkan makna tekstual (sesuai makna nomina yang diucapkan), sedangkan yang kedua mampu menghasilkan makna yang kontekstual (karena makna tekstualnya sudah bercampur dengan keadaan dan kondisi si pengucap yang itu diketahui lewat intonasi dan getaraan-getaran yang mengiringi fonem tersebut).

Royan M Sengajie HS mengatakan...

Nama Royan M Sengajie (A1B113005), mencoba kembali menjawab, berikut ini datang dari pertanyaan saudari Regina Rianita Putri (A1B113049)

Ehm, menurut saya adalah Fonetik Organis, karena fonetik ini yang paling dekat dengan unsur Ilmu Pengetahuan (terutama berakitan dengan Alam dan Kebudayaan setempat.

Royan M Sengajie HS mengatakan...

Ya, selanjutnya saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Puji Lestari (A1B113045...

Waduh nyidir adminnya nih, huhuhu
Ya sudah, Menurut saya sangat berpengaruh, karena saya merasakan sendiri mulai dari kelas 1 SD sampai sekarang tidak bisa menyebut huruf "R" dengan sempurna. Ya kemampuan saya berbicara saya sangat tidak bagus, serta pelafalannya pun terkadang tidak jelas gara - gara saya tidak bisa menyebut huruf "R" dengan sempurna tersebut.

Unknown mengatakan...

Saya Eprida Eryani (A1B113017),saya ingin bertanya kepada kelompok Fonologi. Mengapa bunyi yang dipelajari dalam fonologi bukan bunyi sembarang bunyi tetapi bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia ? Mohon penjelasannya.
Terima kasih

Unknown mengatakan...

Nama saya Muhammad Adi Mulyadi (A1B113025) saya ingin bartaya Bagaimana cara kita memahami makna yang dihasilkan dari alat ucap misalnya bunyi apikodental berikan penjelasan dan contoh ?

Unknown mengatakan...

Nama: Juwairiah
NIM : A1B113036
Saya ingin bartaya Mengenai jenis diftong ada konsep yang berlainan. Diftong naik atau diftong turun tidak di tentukan berdasarkan posisi lidah melainkan dengan kenyaringan bunyi .mengapa demikian jelaskan menurut kelompok kalian!

Unknown mengatakan...

Nama Saya Yuniwati Khairunnisa (A1B113033) ingin bertanya kepada kelompok Fonologi.Mengapa jenis perubahan bunyi Asimilasi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau hamper sama berikan alasan nya.terima kasih.

Nella Yulia Sari Sanmarani mengatakan...

Nama saya Nella Yulia Sari (A1113091)

diatas disebutkan bahwa "Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia" (pengertian fonologi)

yang ingin saya tanyakan, bunyi sembarang yang bagaimana yang dimaksud dalam pengertian tersebut? tolong jelaskan dan contohkan! terima kasih

Anonim mengatakan...

Saya Noor Wyena
NIM A1B113097
Saya ingin bertanya tolong sebutkan dua perubahan bunyi dalam bahasa Indonesia dan jelaskan
Terimakasih

Unknown mengatakan...

Saya Miftakhul huda DARI KEL.1
Nim A1B113086
ingin menjawab pertanyaan dari EDO PUTU PRADANA.

Hubungannya adalah Fonetik akustik berkaitan dengan ciri-ciri fisik bunyi bahasa. jadi fonetik akustik merupakan ciri dari bunyi bahasa itu sendiri. Sedangkan cabang yang dibahasnya adalah bunyi-bunyian dari alam.

Unknown mengatakan...

Saya Miftakhul huda DARI KEL.1
Nim A1B113086
ingin menjawab pertanyaan dari EDO PUTU PRADANA.

Hubungannya adalah Fonetik akustik berkaitan dengan ciri-ciri fisik bunyi bahasa. jadi fonetik akustik merupakan ciri dari bunyi bahasa itu sendiri. Sedangkan cabang yang dibahasnya adalah bunyi-bunyian dari alam.

Unknown mengatakan...

Saya Miftakhul Huda dari Kel.1
NIM A1B113086
Akan menjawab pertanyaan dari Noor Wyna. YAITU :
A.Asimilasi
Asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama. Hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi atau dipengaruhi. Contoh: Kata bahasa Inggris top diucapkan [tOp’] dengan [t] Tetapi, setelah mendapatkan [s] lamino-palatal pada stop, kata tersebut diucapkan [stOp’] dengan [t] juga lamino-palatal. Dengan demikian dapat disim-pulkan bahwa [t] pada [stOp’] disesuaikan atau diasimilaskan artikulasinya dengan [s] yang mendahuluinya sehingga sama-sama lamino-palatal.

B.Disimilasi
Kebalikan dari asimilasi, disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi bunyi yang tidak sama atau berbeda.
Perhatikan contoh berikut!
1.Kata bahasa Indonesia belajar [bəlajar] berasal dari penggabungan prefiks ber [bər] dan bentuk dasar ajar [ajar]. Mestinya, kalau tidak ada perubahan menjadi berajar [bərajar] Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang pertama diperbedakan atau didisimilasikan menjadi [l] sehingga menjadi [bəlajar]. Karena perubahan tersebut sudah menembus batas fonem, yaitu [r] merupakan alofon dari fonem /r/ dan [l] merupakan alofon dari fonem /l/, maka disebut disimilasi fonemis.

Unknown mengatakan...

Saya Kamarudin
NIM A1B113029
disana kan dijelaskan bahwa fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau belum terbukti membedakan arti. sedangkan fonem adalah satuan bunyi terkecil yang membedakan arti. disini saya minta berikan contoh kata dari fona dan fonem, menurut kalian?....
Terimakasih

Unknown mengatakan...

saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari JUWAIRIYAH.

Karena dari Kenyaringan Bunyi kita dapat mengetahui Diftong Naik atau Diftong Turun.

Unknown mengatakan...

Nama saya M.Syakir Septiawan
NIM (A1B113065)
Disini saya ingin bertanya...
Di dalam blog kalian,dijelaskan tentang pengertian fonologi,di dalamnya terdapat pernyataan tentang fonem yang terdiri dari 4 macam,salah satunya fonem yang benar benar asli dari bahasa Indonesia. Yang ingin saya tanyakan apa saja contoh dari fonem yang benar benar asli dari Indonesia ?

Unknown mengatakan...

Nama saya Dina Mulianti(A1B113081)Saya ingin bertanya..

Jelaskan bagaimana Kedudukan Fonologi dalam Cabang-cabang Linguistik..?

Terima Kasih.

Ria Dina Alhikmah mengatakan...

Nama saya Ria Dina Al Hikmah (A1B113018) saya ingin bertanya tanda diakritik pada aksara latin itu contohnya bagaimana ?
Terima kasih.

Ria Dina Alhikmah mengatakan...

Nama saya Ria Dina Al Hikmah (A1B113018) saya ingin bertanya tanda diakritik pada aksara latin itu contohnya bagaimana ?
Terima kasih.

Unknown mengatakan...

Saya Intan Puspitasari (A1B113013) ingin bertanya. .
Menurut Anda, apakah ada fonem /?/ dalam bahasa Indonesia? Jelaskan pendapat Anda dan berikan contoh konkretnya!
Terimakasih. .:)

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Estetikabelajar mengatakan...

Nama : Fatmawati
NIM : A1B113066

Saya ingin bertanya. Perlambangan unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure suprasegmental ini dikenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi. Lalu bagaimana cara kita menempatkan tanda baca (tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi) dalam sebuah paragraf atau cerpen saat kita membacakan paragraf atau cerpen tersebut kepada orang lain agar orang lain mengerti dengan apa yang kita sampaikan ?

Terima kasih.

Estetikabelajar mengatakan...

Nama : Fatmawati
NIM : A1B113066

Saya ingin bertanya. Perlambangan unsure suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure suprasegmental ini dikenal dengan istilah tanda baca atau pungtuasi. Lalu bagaimana cara kita menempatkan tanda baca (tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi) dalam sebuah paragraf atau cerpen saat kita membacakan paragraf atau cerpen tersebut kepada orang lain agar orang lain mengerti dengan apa yang kita sampaikan ?

Terima kasih.

secangkir teh mengatakan...

Nama: Abdillah Akbar Sya’bani
NIM :(A1B113037)
Saya ingi bertaya Pada aliran kazan di sebutkan bahwa fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropofonik yang merupakan kekhasan tiap individu. Tolong jelaskan tentang fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropologi yang merupakan kekhasan tiap individu tersebut dan berikan contohnya terimakasih!

secangkir teh mengatakan...

Nama: Abdillah Akbar Sya’bani
NIM :(A1B113037)
Saya ingi bertaya Pada aliran kazan di sebutkan bahwa fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropofonik yang merupakan kekhasan tiap individu. Tolong jelaskan tentang fonem sebagai satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropologi yang merupakan kekhasan tiap individu tersebut dan berikan contohnya terimakasih!

Unknown mengatakan...

NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113051
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari DIANA MAYA UTAMI. Yang diadaptasi oleh aliran praha adalah membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari bunyi bunyi itu sendiri. Sedangkan fonemik mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.

Unknown mengatakan...

NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113051
Saya akan menjawab pertanyaan dari saudari DIANA MAYA UTAMI. Yang diadaptasi oleh aliran praha adalah membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari bunyi bunyi itu sendiri. Sedangkan fonemik mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.

Unknown mengatakan...

NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113501
Saya akam menjawab pertanyaan dari saudari NOOR WYENA. Perubahan bunyi dalam bahasa Indonesia, yaitu :
1. Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi menjadi sama atau mempunyai ciri - ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
Contoh : kata sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan [saptu], dimana terlihat bunyi [b]berubah menjadi [p] sebagai akibat pengaruh bunyi [t].
2. Disimilasi kebalikan dari asimilasi, disimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi dua yang tidak sama atau berbeda.
Contoh : kata [belajar] berasal dari penggabungan prefiks [ber] dan bentuk dasar [ajar]. Mestinya, kalau tidak ada perubahan menjadi [berajar]. Tetapi, karena ada dua bunyi [r], maka [r] yang pertama diperbedakan atau didisimilasi menjadi [l] sehingga menjadi [belajar].

Unknown mengatakan...

Saya Mauliana Hajjah (A1B113032) ingin bertanya. Dalam kajian fonologi, fonem diklasifikasikan atas dua bagian yaitu fonem segmental dan fonem suprasegmental. Yang sy ingn tanyakan , apakah ada persamaan antara fonem segmental dgn fonem suprasegmental ? tolong jelaskan ! terima kasih :)

Unknown mengatakan...

NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113051
saya akan menjawab pertanyaan dari saudari Yuniwati Khairunnisa.
kata sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan [saptu], dimana terlihat bunyi [b]berubah menjadi [p] sebagai akibat pengaruh bunyi [t]. bunyi [b] adalah bunyi hambatan bersuara sedangkan bunyi [t] adalah bunyi hambatan tak bersuara. Oleh karena itu, bunyi [b] yang bersuara itu, karena pengaruh bunyi [t] yang tak bersuara, berubah mrnjadi bunyi [p] yang juga tidak bersuara

Unknown mengatakan...

NAMA : REVINA SARI SAPUTRI
NIM : A1B113051

saya akan menjawab pertanyaan dari saudara Muhammad Adi Mulyadi

Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung lidah dan gigi contohnya : t, d, h

Kelompok Satu mengatakan...

Untuk sesi pertanyaan malam ini kami tutup dan kembali dibuka pada pagi (sabtu) besok.
Serta sededar mengingatkan saja, bahwa sesi pertanyan akan ditutup pada hari Sabtu, pukul 09.00 malam.
#All Admin

Iriani mengatakan...

Nama saya Iriani (A1B113069)
Saya ingin bertanya,
selain contoh diatas apa contoh lain dari fonologi dalam cabang semantik dan apa yang dimaksud dari segmentasi terhadap hasil ujaran ?
terimakasih

Unknown mengatakan...

nama saya asep rukmantara dari kelompok 1 nim a1b112058
akan mencoba menjawab pertanyaan m.syakir septiawan fonem yang benar asli dari indonesia contohnya vYang benar "ramadhan", bukan "ramadan". Jangan dengarkan siapapun, karena fonem /dh/ ada dalam bahasa Indonesia.

Kelompok Satu mengatakan...

Terimakasih atas pertanyaan dari saudari Nella Yulia Sari
saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Maksud dari bunyi tersebut ada bunyi yang tidar teratur yang tidak memiliki makna. Seperti bunyi-bunyian yang dihasilkan dari alam. Contoh suara burung atau suara dedaunan yang tertiup angin.

Kelompok Satu mengatakan...

saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari KAMARUDIN
Contoh fona : a,i,u,e
Contoh fonem : Misalnya kata tali dan tari. Dalam kedua kata tersebut terapat dua bunyi berbeda yaitu [l] dan [r]. Dengan demikian bunyi [l] dan [r] dalam bahasa Indonesia adalah fonem.

Kelompok Satu mengatakan...

TERIMAKASIH atas pertanyaannya.
saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari INTAN PUSPITA
Tentu saja ada. Fonem merupakan kesatuan bunyi yang dapat menjadi PEMBEDA MAKNA. Dengan pembeda makna itu lah kita dapat mempelajari bahasa Indonesia itu,karena dengan penekanan bunyi pada kata dalam berbahasa Indonesia dapat merubah makna pada bahasa tersebut.
Contoh: penekanan bunyi pada huruf “E” dalam kata “APEL” Buah dan “APEL” dalam Berbaris.

Kelompok Satu mengatakan...

saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari FATMAWATI
Terimakasih atas pertanyaannya. Menurut saya untuk menempatkan tanda baca yang benar yaitu dengan cara kita sendiri yang membaca terlebih dahulu,dengan cara membaca berulang-ulang,kita dapat mengetahui dimana harus menempatkan tanda baca yang benar.

Kelompok Satu mengatakan...

saya MIFTAKHUL HUDA dari Kel.1
NIM A1B113086
Ingin menjawab pertanyaan dari MAULIANA H
Tentu saja ada,perbedaannya yaitu menurut jenis makna yang dihasilkannya.
Penjelasannya adalah bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang terdapat dalam fonem itu bisa dipisahkan sedangkan yang mengiringinya tidak bisa dipisahkan. Itulah yang dimaksud dengan segmental dan suprasegmental